Hidup itu ujian ada
soal yang harus di selesaikan dan setiap penyelesaiannya kamu akan naik ke
tingkat berikutnya, ada yang berkata seperti itu, banyak bahkan. Manusia jaman
sekarang sangat kompetitif karna kenyataannya hidup ini di isi dengan
perlombaan untuk menghindari penilaian dari orang lain.
Berlomba-lomba untuk lulus dalam pendidikan, karna kalau gak lulus tepat waktu namanya bodoh. Berlomba untuk cepat menikah, karna kalau tidak cepat nikah namanya gak laku. Berlomba untuk cepat punya anak, karna kalau gak cepat punya anak namanya gak subur. Tapi gak ada tuh yang mau berlomba-lomba mati padahal kalau mati kan masuk surga.
Berlomba-lomba untuk lulus dalam pendidikan, karna kalau gak lulus tepat waktu namanya bodoh. Berlomba untuk cepat menikah, karna kalau tidak cepat nikah namanya gak laku. Berlomba untuk cepat punya anak, karna kalau gak cepat punya anak namanya gak subur. Tapi gak ada tuh yang mau berlomba-lomba mati padahal kalau mati kan masuk surga.
Saya pun bagian dari
orang-orang tersebut, yang sedang berkompetisi dengan hidup saya sendiri. Di pikiran saya hanya ada kalau menikah, ingin cepat punya anak.
This story begins
Di 2013 lalu saya melakukan operasi kista yang
didiagnosa dokter sudah pecah. Setelah menikah pada 1 juni 2014, seminggu setelahnya
saya langsung ke Dr. obgyn saya di Siloam untuk memeriksa kondisi kandungan saya dan ingin program hamil dengan
sangat semangat dan optimis, yang akhirnya hancur luluh lantah setelah dokter mengatakan
kembali bahwa ada kista lagi hasil USGtransvagina.
Saya langsung emosi,
marah rasanya pengen ngamuk sama si
dokter, “jadi yang dokter ambil tahun lalu itu apaaa???!!” tapi dengan
santainya si dokter hanya bilang saya masih terlalu dini untuk program hamil
karena baru saja menikah.
Tapi itu pun tidak mematahkan semangat saya walau tidak mudah untuk mencari profresor/dokter
yang tepat untuk infertility. Saya mulai sangat picky dan tidak
mau asal datang ke dokter yang akhirnya buat saya patah semangat dan asal
diagnosa.
Setelah beberapa kali buat janji dengan seorang Prof. dibidang infertility di RSCM kencana, Akhirnya saya
memutuskan untuk memilih RS khusus Ibu dan anak untuk memeriksakan apakah benar
saya masih ada kista dan memulai program untuk memiliki anak walau saya baru
saja 1 bulan menikah. Dan hasil dari rekomendasi teman saya ke RS. Hermina
Bekasi dan berkonsultasi dengan Dr. Marly.
“Tidak ada miom,
tidak ada kista. Hanya kalau orang awam lihat mungkin bilang ini kista, tapi
sebenarnya kami ada infeksi di saluran indung telur.” seperti itulah penjelasan Dr. marly. Saya langsung tenang
dapat jawaban itu, karena kista suatu momok yang sangat menakutkan buat saya.
Ternyata infeksi saluran kemih bisa menjalar sampai menjadi infeksi di saluran indung
telur, penyebabnya bisa karena penggunaan toilet umum yang tidak bersih.
Lalu
dokter bilang “sepertinya ini dinding rahim kehamilan” tapi saya tidak
menggubris perkataan Dr. Marly, karna belum ada tanda apa-apa yang saya alami.
Akhirnya dokter pun meminta saya untuk terapi diatermi selama 7x berturut-turut
dan melakukan HSG untuk mengetahui apakah tuba saya paten atau non paten.
4 hari kemudian saya
mendatangi spesialis rehab medik, dan pilihan saya jatuh ke Dr. Sarifitri,
dokter ini recommended sekali selain beliau sabar, beliau juga sangat care dengan
pasiennya. Karena setelah sharing tentang kondisi saya, beliau saran kan untuk
jangan melakukan teraphy dulu sampai saya dapat menstruasi, takutnya nanti
kalau ternyata ada janin nanti bisa membahayakan. Beliau kasih nomor telefon
untuk bisa dihubungi untuk konsultasi sewaktu-waktu. Ahhhhhh, pokoknya baikkkk
banget!!!!
Selalang beberapa
lama hari menstruasi saya juga tidak kunjung datang. Akhirnya saya testpack dan
ada 2 garis, yang satu jelas dan satu lagi samar. Karena saya tidak tau dan
tidak yakin, saya coba googling untuk yakinkan seperti apa hasil test pact yang
positif.
Supaya gak ke
ge’eran akhirnya saya langsung ke RS untuk periksa, sebenarnya si suami sudah
bilang “nanti aja, jangan terburu-buru” tapi karena terlalu excited akhirnya
tetap saja periksa, saat itu ternyata Dr. Marly sedang cuti 2 minggu. Akhirnya saya
pilih ke Dokter lain yang available.
Dokter bilang
kantong Rahim dan janinnya belum kelihatan, mungkin karena masih baru dan hasil
test pack masih samar. Yang bikin sebel, si dokter bilang kehamilan saya
potensi kehamilan diluar kandungan / kehamilan ektopik dan juga si dokter
bilang saya ada kista. Nah lohhhh…
Drop lah saya, suami
minta saya untuk periksa 2 minggu lagi saja, tunggu dr. marly masuk kembali.
Tapi karna gak sabar seminggu kemudian saya periksa ke RSIA Bunda Menteng,
ternyata pilihan dokter saya masih muda banget, rada ragu sih. Dan benar saja
diagnosa si dokter lebih mengejutkan dari si dokter yang sebelumnya. Si dokter
bilang, kemungkinan saya keguguran di sebulan lalu karena kantong rahimnya
seperti berantakan. Dokter minta saya untuk periksa ke lab untuk
lihat Progesteron & B-HCG saya. Saya langsung ke lap prodia yang ada di
RSIA Bunda Menteng, tapi hasilnya saya gak bawa kembali ke dia, saya bawa ke
Dr. Marly diminggu depannya.
1 Week Later
Tibalah saya konsultasi dengan Dr. Marly, dan bawa hasil test darah dan hormon Beta HCG. Dari hasilnya progesterone
saya memang rendah, Dokter bilang saat itu kantung Rahim sudah terlihat namun janin belum terlihat juga. Memang saat itu saya tidak merasa mual sama sekali jadi Dr. Marly kasih saya obat penguat cygest dan beberapa resep
untuk menaikan hormone progesterone.
2 Weeks Later
Selama dua minggu sudah mulai mual dan keluar flek dan saya kembali melakukan test Beta HCG dan hasilnya saya bawa konsultasi ke Dr. Marly, hormone progresteron saya naik dan paling membahagiankan si dede bayi sudah
keliatan di kantong Rahim dan juga sudah ada detak jantungnya lohh, saat itu di
prediksi sudah di kehamilan 6 minggu, bahagianyaa. Tapi Dr. minta saya bedrest
total karena ada pendarahan di kantong Rahim saya. Karena mungkin dokter
Indonesia terlalu baik atau terlalu menjaga perasaan pasien, dokter-dokter yang
saya temui cenderung tidak suka to the point dengan kondisi pasien sebenarnya. Sehingga
saya pun tidak tahu seberapa kritis kondisi kehamilan saya, sehingga bed rest
yang saya jalani pun bedrest ala-ala. dan kembali dokter minta saya kembali check kandungan saya di kehamilan 8 minggu yaitu kembali 2 minggu lagi.
Maternity at 8 weeks
Ternyata bedrest
ala-ala tersebut membuahkan hasil USG yang membuat hati, fisik, mental dan
segalanya benar-benar hancur berantakan. Kantong janin saya baik-baik saja tapi
janin saya tidak terlihat di kantongnya. Saya lemes cuma bisa nangis. Kemungkinan
janinnya tidak kuat. Dr. minta saya hentikan obat pengungat, bisa saja saya
tidak pendarahan hebat dan janin tidak keluar karena saya masih minum obat
penguat.
“Saya gak harus di
kuret kan dok?” Tanya saya. Lalu dokter pun berikan saya obat untuk meluruhkan
janin tersebut. saya tidak bisa ceritakan dengan kata-kata bagaimana hancurnya
hati saya saat itu. Tapi yang lebih tidak kuat untuk saya bayangkan bagaimana
hancurnya hati suami saya, Ibu saya, orang tua suami saya dan seluruh keluarga
saya jika mendengar keadaan ini. Saya coba tenangkan hati saya, menguatkan hati
saya supaya saya terlihat tegar dan kuat di depan mereka semua.
Sepulang dari RS
yang ditemani kaka ipar saya, mencoba menguatkan, beliau juga pernah merasakan
cobaan yang lebih dari saya. Ka Leni harus kehilangan bayinya saat di lahirkan,
bayi cantik itu diberi nama Debora dan harus di iklaskan setelah dilahirkan. Ka
leni coba kuatin saya "lebih sakit kalau jadi dia waktu itu, setidaknya kamu belum lihat
dia benar-benar berbentuk seorang bayi, Sembilan bulan di kandung”. Saya hanya membesarkan hati bahwa
bukan orang yang paling menderita di dunia ini.
BYE BYE BABY
Saya tidak langsung meminum
obat peluruh yang dikasih Dr. Marly, saya masih berdoa itu semua hanya kesalahan diagnose, mungkin
saja anak saya ngumpet, hehehe namanya juga usaha. Saya hanya meminum obat
penahan rasa sakit dan menghentikan obat penguat. Dokter bilang, kalau janin
nya bagus tanpa penguatpun bayi akan bertahan.
Saya berdoa, kiranya Tuhan
saja yang tentukan, jika ini bukan rejeki saya untuk melahirkan dan merawatnya,
biarkan saja janin tersebut luruh dengan sendirinya. Dan benar saja 2 hari
setelah diagnosa bayi tersebut luruh, mengugurkan dirinya sendiri dari
kandungan saya. Saya dan suami sepakat menamakan bayi tersebut Alexandra John, Karena sebelum dan selama kehamilan suami dan keluarganya selalu di berikan
mimpi seorang bayi perempuan.
Saya
tidak bisa mengungkapkan betapa hancurnya hati dan harapan saya
kehilangan impian saya, anak yang baru saja saya kandung 8 minggu. Tapi saya percaya semua
yang memiliki detak jantung adalah milik Bapa di Surga. Saya percaya Anak saya
akan disempurnakan di sana, dan sudah terlebih dahulu menempati kerajaan
surga.
JADI HIDUP ITU APA?
Hidup buat saya bukan lah ujian yang harus di selesaikan dengan rumus dan teori, hidup
adalah berkat yang bisa diberikan dan diambil kapan saja oleh Sang Empu-Nya.
Ya well, like what my husband said Hidup bukan
perlombaan tentang siapa yang harus jadi pertama, "HIDUP ADALAH TENTANG SIAPA
YANG BERTAHAN HINGGA AKHIR."
Gimana kalau kamu?