Thursday, May 14, 2015

What is life ?



Hidup itu ujian ada soal yang harus di selesaikan dan setiap penyelesaiannya kamu akan naik ke tingkat berikutnya, ada yang berkata seperti itu, banyak bahkan. Manusia jaman sekarang sangat kompetitif karna kenyataannya hidup ini di isi dengan perlombaan untuk menghindari penilaian dari orang lain.

Berlomba-lomba untuk lulus dalam pendidikan, karna kalau gak lulus tepat waktu namanya bodoh. Berlomba untuk cepat menikah, karna kalau tidak cepat nikah namanya gak laku.  Berlomba untuk cepat punya anak, karna kalau gak cepat punya anak namanya gak subur. Tapi gak ada tuh yang mau berlomba-lomba mati padahal kalau mati kan masuk surga. 

Saya pun bagian dari orang-orang tersebut, yang sedang berkompetisi dengan hidup saya sendiri. Di pikiran saya hanya ada kalau menikah, ingin cepat punya anak. 

This story begins 
Di 2013 lalu saya melakukan operasi kista yang didiagnosa dokter sudah pecah. Setelah  menikah pada 1 juni 2014, seminggu setelahnya saya langsung ke Dr. obgyn saya di Siloam untuk memeriksa kondisi kandungan saya dan ingin program hamil dengan sangat semangat dan optimis, yang akhirnya hancur luluh lantah setelah dokter mengatakan kembali bahwa ada kista lagi hasil USGtransvagina.

Saya langsung emosi, marah rasanya  pengen ngamuk sama si dokter, “jadi yang dokter ambil tahun lalu itu apaaa???!!” tapi dengan santainya si dokter hanya bilang saya masih terlalu dini untuk program hamil karena baru saja menikah.

Tapi itu pun tidak mematahkan semangat saya walau tidak mudah untuk mencari profresor/dokter yang tepat untuk infertility. Saya mulai sangat picky dan tidak mau asal datang ke dokter yang akhirnya buat saya patah semangat dan asal diagnosa.


Setelah beberapa kali buat janji dengan seorang Prof. dibidang infertility di RSCM kencana, Akhirnya saya memutuskan untuk memilih RS khusus Ibu dan anak untuk memeriksakan apakah benar saya masih ada kista dan memulai program untuk memiliki anak walau saya baru saja 1 bulan menikah. Dan hasil dari rekomendasi teman saya ke RS. Hermina Bekasi dan berkonsultasi dengan Dr. Marly. 

“Tidak ada miom, tidak ada kista. Hanya kalau orang awam lihat mungkin bilang ini kista, tapi sebenarnya kami ada infeksi di saluran indung telur.” seperti itulah penjelasan Dr. marly. Saya langsung tenang dapat jawaban itu, karena kista suatu momok yang sangat menakutkan buat saya. Ternyata infeksi saluran kemih bisa menjalar sampai menjadi infeksi di saluran indung telur, penyebabnya bisa karena penggunaan toilet umum yang tidak bersih.

Lalu dokter bilang “sepertinya ini dinding rahim kehamilan” tapi saya tidak menggubris perkataan Dr. Marly, karna belum ada tanda apa-apa yang saya alami. Akhirnya dokter pun meminta saya untuk terapi diatermi selama 7x berturut-turut dan melakukan HSG untuk mengetahui apakah tuba saya paten atau non paten.

4 hari kemudian saya mendatangi spesialis rehab medik, dan pilihan saya jatuh ke Dr. Sarifitri, dokter ini recommended sekali selain beliau sabar, beliau juga sangat care dengan pasiennya. Karena setelah sharing tentang kondisi saya, beliau saran kan untuk jangan melakukan teraphy dulu sampai saya dapat menstruasi, takutnya nanti kalau ternyata ada janin nanti bisa membahayakan. Beliau kasih nomor telefon untuk bisa dihubungi untuk konsultasi sewaktu-waktu. Ahhhhhh, pokoknya baikkkk banget!!!!

Selalang beberapa lama hari menstruasi saya juga tidak kunjung datang. Akhirnya saya testpack dan ada 2 garis, yang satu jelas dan satu lagi samar. Karena saya tidak tau dan tidak yakin, saya coba googling untuk yakinkan seperti apa hasil test pact yang positif.
Supaya gak ke ge’eran akhirnya saya langsung ke RS untuk periksa, sebenarnya si suami sudah bilang “nanti aja, jangan terburu-buru” tapi karena terlalu excited akhirnya tetap saja periksa, saat itu ternyata Dr. Marly sedang cuti 2 minggu. Akhirnya saya pilih ke Dokter lain yang available.

Dokter bilang kantong Rahim dan janinnya belum kelihatan, mungkin karena masih baru dan hasil test pack masih samar. Yang bikin sebel, si dokter bilang kehamilan saya potensi kehamilan diluar kandungan / kehamilan ektopik dan juga si dokter bilang saya ada kista. Nah lohhhh…

Drop lah saya, suami minta saya untuk periksa 2 minggu lagi saja, tunggu dr. marly masuk kembali. Tapi karna gak sabar seminggu kemudian saya periksa ke RSIA Bunda Menteng, ternyata pilihan dokter saya masih muda banget, rada ragu sih. Dan benar saja diagnosa si dokter lebih mengejutkan dari si dokter yang sebelumnya. Si dokter bilang, kemungkinan saya keguguran di sebulan lalu karena kantong rahimnya seperti berantakan. Dokter minta saya untuk periksa ke lab untuk lihat Progesteron & B-HCG saya. Saya langsung ke lap prodia yang ada di RSIA Bunda Menteng, tapi hasilnya saya gak bawa kembali ke dia, saya bawa ke Dr. Marly diminggu depannya.

1 Week Later 
Tibalah saya konsultasi dengan Dr. Marly, dan bawa hasil test darah dan hormon Beta HCG. Dari hasilnya progesterone saya memang rendah, Dokter bilang saat itu kantung Rahim sudah terlihat namun janin belum terlihat juga. Memang saat itu saya tidak merasa mual sama sekali jadi Dr. Marly kasih saya obat penguat cygest dan beberapa resep untuk menaikan hormone progesterone.


2 Weeks Later 
Selama dua minggu sudah mulai mual dan keluar flek dan saya kembali melakukan test Beta HCG dan hasilnya saya bawa konsultasi ke Dr. Marly,  hormone progresteron saya naik dan paling membahagiankan si dede bayi sudah keliatan di kantong Rahim dan juga sudah ada detak jantungnya lohh, saat itu di prediksi sudah di kehamilan 6 minggu, bahagianyaa. Tapi Dr. minta saya bedrest total karena ada pendarahan di kantong Rahim saya. Karena mungkin dokter Indonesia terlalu baik atau terlalu menjaga perasaan pasien, dokter-dokter yang saya temui cenderung tidak suka to the point dengan kondisi pasien sebenarnya. Sehingga saya pun tidak tahu seberapa kritis kondisi kehamilan saya, sehingga bed rest yang saya jalani pun bedrest ala-ala. dan kembali dokter minta saya kembali check kandungan saya di kehamilan 8 minggu yaitu kembali 2 minggu lagi.

Maternity at 8 weeks
Ternyata bedrest ala-ala tersebut membuahkan hasil USG yang membuat hati, fisik, mental dan segalanya benar-benar hancur berantakan. Kantong janin saya baik-baik saja tapi janin saya tidak terlihat di kantongnya. Saya lemes cuma bisa nangis. Kemungkinan janinnya tidak kuat. Dr. minta saya hentikan obat pengungat, bisa saja saya tidak pendarahan hebat dan janin tidak keluar karena saya masih minum obat penguat. 

“Saya gak harus di kuret kan dok?” Tanya saya. Lalu dokter pun berikan saya obat untuk meluruhkan janin tersebut. saya tidak bisa ceritakan dengan kata-kata bagaimana hancurnya hati saya saat itu. Tapi yang lebih tidak kuat untuk saya bayangkan bagaimana hancurnya hati suami saya, Ibu saya, orang tua suami saya dan seluruh keluarga saya jika mendengar keadaan ini. Saya coba tenangkan hati saya, menguatkan hati saya supaya saya terlihat tegar dan kuat di depan mereka semua.

Sepulang dari RS yang ditemani kaka ipar saya, mencoba menguatkan, beliau juga pernah merasakan cobaan yang lebih dari saya. Ka Leni harus kehilangan bayinya saat di lahirkan, bayi cantik itu diberi nama Debora dan harus di iklaskan setelah dilahirkan. Ka leni coba kuatin saya "lebih sakit kalau jadi dia waktu itu, setidaknya kamu belum lihat dia benar-benar berbentuk seorang bayi, Sembilan bulan di kandung”. Saya hanya membesarkan hati bahwa bukan orang yang paling menderita di dunia ini.

BYE BYE BABY
Saya tidak langsung meminum obat peluruh yang dikasih Dr. Marly, saya masih berdoa itu semua hanya kesalahan diagnose, mungkin saja anak saya ngumpet, hehehe namanya juga usaha. Saya hanya meminum obat penahan rasa sakit dan menghentikan obat penguat. Dokter bilang, kalau janin nya bagus tanpa penguatpun bayi akan bertahan. 

Saya berdoa, kiranya Tuhan saja yang tentukan, jika ini bukan rejeki saya untuk melahirkan dan merawatnya, biarkan saja janin tersebut luruh dengan sendirinya. Dan benar saja 2 hari setelah diagnosa bayi tersebut luruh, mengugurkan dirinya sendiri dari kandungan saya. Saya dan suami sepakat menamakan bayi tersebut Alexandra John, Karena sebelum dan selama kehamilan suami dan keluarganya selalu di berikan mimpi seorang bayi perempuan.

Saya tidak bisa mengungkapkan betapa hancurnya hati dan harapan saya kehilangan impian saya, anak yang baru saja saya kandung 8 minggu. Tapi saya percaya semua yang memiliki detak jantung adalah milik Bapa di Surga. Saya percaya Anak saya akan disempurnakan di sana, dan sudah terlebih dahulu menempati kerajaan surga.  

Copenhagen, May 2012
JADI HIDUP ITU APA?
Hidup buat saya bukan lah ujian yang harus di selesaikan dengan rumus dan teori, hidup adalah berkat yang bisa diberikan dan diambil kapan saja oleh Sang Empu-Nya.

Ya well, like what my husband said Hidup bukan perlombaan tentang siapa yang harus jadi pertama, "HIDUP ADALAH TENTANG SIAPA YANG BERTAHAN HINGGA AKHIR."

Gimana kalau kamu?